Pengertian kaligrafi
Pengertian,
jenis dan Perkembangan Dunia Khat Islam-Seni Kaligrafi Islam
Kali ini saya ingin berbagi
pengetahuan untuk para pelajar, khususnya para mahasiswa dan juga mahasiswi
yang sedang belajar khat. Khat mungkin bisa kita jadikan
motivasi untuk membangun ide-ide kreatifitas kita dengan penuangan sebuah
tulisan yang sangat indah. Jika kita amati dengan serius, khat mempunyai nilai
estetika yang tinggi, karena tidak semua orang bisa melakukan hal ini (Seni
Kaligrafi). Perlu adanya belajar yang keras dan juga keuletan untuk
menimbulkan dan menghasilkan seni yang kita inginkan, dengan kata lain kita
bisa puas dengan hasil yang sudah kita inginkan. Nah langsung saja bagi
teman-teman yang ingin belajar khat saya beri sedikit bahan untuk dipelajari,
silahkan simak materi-materi khat di bawah ini :
1.Pengertian Khat :
Dari segi bahasa : Memindahkan idea-idea dari alam
pemikiran, kekuatan imaginasi kepada alam nyata atau metarial seperti
kertas,kulit ,batu dan sebagainya melalui hasil kerja pena dan tangan
sesetengah ahi bahasa menyamakan makna khat dengan tulisan simbolik nombor kaligrafi
dan hireografi.
Dari segi istilah : Mengambarkan lafaz-lafaz dan ibarat
dalam bentuk huruf-huruf alfobel ( huruf-huruf ejaan ) dan abjad mengikut hukum
- hukum tertentu seperti seni tata letak , atur huruf, reka bentuk, tanda
bernoktah, penyusunan dan sebagainya ( mengikut takrif pengarang Jam'ul Jawaami
)
Tujuan Mempelajari Seni Khat
- Memelihara al-Quran dengan
tulisan.
- Menjunjung wahyu Ilahi
- Membantu meninggikan syiar
Islam melalui penyebaran wahyu Allah dengan tulisan khat.
- Memelihara dan mencatat ilmu-ilmu
Islam dan khazanah warisan lampau yang menjadi rujukan muslimin sejagat.
Persediaan Yang Perlu Ada Bagi
Setiap Pelajar Yang Ingin Mempelajari Seni Khat
Terbagi kepada dua yaitu :
1).Persediaan Fisikal
Tubuh badan yang sihat dan anggota
yang sempurna. Walau bagaimanapun tidak menjadi masalah dan halangan bagi orang
yang sempurna atau tidak cukup sifatnya asalkan mempunyai minat yang mendalam.
Sebuah kisah penulis wanita, “Bintu Khaddan Wardi”. Sebagaimana yang telah
dinaskan oleh Ishak dalam kitabnya tentang cerita pada zaman Raja al-Kamil pada
bulan Syawal 624H telah datang dari Iskandariah seorang perempuan yang tidak
menpunyai kedua belah tangan hingga ke siku.
Beliau melakukan segala kerja
sebagaimana perempuan-perempuan lain dengan menggunakan kaki. Seorang menteri
telah menemuinya dan membawa dakwat, kalam dan pisau lalu diberikan kepada
perempuan tersebut. Dakwat itu diambil oleh perempuan tersebut dengan kaki
kirinya, kemudian diambil kalam dan diraut dengan pisau, diasah, dibelah dan
dipotong melintang kalam tersebut. Seterusnya diambil kertas dan memegangnya
dengan kaki kiri dan menulis dengan kaki kanan dengan lebih baik dan cantik
dari apa yang ditulis oleh penulis dengan tangan kanan mereka. Maha Suci Allah
yang menjadikan sesuatu itu tidak sia-sia. Semoga cerita ini menjadi pendorong
dan semangat kepada mereka yang betul-betul berminat untuk mendalami secara
lebih luas dalam bidang seni khat ini.
2).Persediaan Mental
- Minat yang mendalam
- Emosi yang tenang
- Ketekunan yang jitu
Sifat semula jadi Khat :
Sifat ini dibagi menjadi tiga bagian :
1.Khat dari perpektif ilmu : Khat mempunyai asal -usul yang tetap
dan kaedahnya mantap lagi tersendiri seperti mana yang telah direkaciptakan
oleh orang -orang terdahulu sebelum ini. Mereka merupakan Pelopor kaedah-
kaedah tersebut sebagai usaha petunjuk dan pemudah cara kepada generasi yang
akan datang. Bagi menguasai dunia seni khat, seseorang itu hendaklah
benar-benar mahir dan biasa dengan kaedah tersebut .
2.Khat dari sudut kesenian : Secara amnya ,dapatlah digambarkan bahwa ia mempunyai keindahan semula jadi, Ia akan terhasil dari pada kematangan pemikiran penulis didalam mengimaginasikan dan sekaligus menterjemahkan didalam bentuk tulisan sehingga mampu melahirkan rumpun kalimah yang begitu indah dan abstrak. Setiap penulisan mempunyai keunikan semulajadi tersendiri mengikut luahan rasa jiwa masing-masing. Keindahan ini tidak akan berhasil tanpa Adanya latihan yang berterusan dan berpanjangan.
3.Khat dari sudut falsafah : Setiap jenis khat mempunyai falsafah yang tersendiri contoh :
1) Khat Kufi :
Khat ini telah muncul sejak zaman jahilliyan lagi dan bercirikan bentuk tulisan
tegak dan berpetak ia amat sesuai dengan jiwa dan sifat mereka yang semulajadi
sukakan kekasaran dan kekerasan .
2) Khat Thuluth (tsulus) Ia muncul pada zaman kerajaan Abbasiyah .Pada zaman ini telah berlaku perubaha yang begitu pesat dalam dunia senireka huruf dan lakaran hiasqan corak Ini bersesuaian dengan masyarakatnya yang cintakan ilmu pengetahua.
Jenis-jenis Khat ada dibawah ini :
2) Khat Thuluth (tsulus) Ia muncul pada zaman kerajaan Abbasiyah .Pada zaman ini telah berlaku perubaha yang begitu pesat dalam dunia senireka huruf dan lakaran hiasqan corak Ini bersesuaian dengan masyarakatnya yang cintakan ilmu pengetahua.
Jenis-jenis Khat ada dibawah ini :
1. Khat Diwani
Diwani adalah salah satu
gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani. Peletak dasar-dasar
kaedah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibrahim Munif. Tulisan ini mulai
populer setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih
tahun 875 H. Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada kantor-kantor pemerintah
dimana tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan pemerintahan itulah khat
ini menyebar ke seluruh kalangan masyarakat. Karakter Diwani dikenal dengan
putarannya, sehingga tidak satupun huruf yang tidak mempunya lengkungan.
Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani beradaptasi dengan tulisan
apapun. Hal ini pula yang memudahkan para kaligrafer menulis dengan Diwani.
Diwani memiliki tiga
macam bentuk, yaitu:
a. Khat Diwani 'Adi
Diwani 'Adi merupakan
gaya khat yang tampil biasa ('adi) sesuai struktur tulisan, sehingga
mudah dibaca. Ciri tampilannya tampak pada kali-kali tulisan yang umumnya
berbaris datar dengan pucuk-pucuk huruf bergelombang dinamis.
b. Khat Diwani Mutarabit
Gaya ini merupakan
Diwani yang huruf-huruf dan rangkaian katanya saling menjalin atau bersilangan
(mutarabit) satu sama lain. Besar kemungkinan pola semacam ini merupakan
hasil pengaruh khat Musalsal ciptaan Ibnu Bawab. Dalam jenis khat Diwani
Mutarabit ini, kaligrafer modern Gazlan Bek dari Mesir merupakan tokohnya.
Gazlan berhasil membuat karya-karya masterpiece yang banyak dijadikan acuan,
sehingga para kritikus dan pengamat menisbahkan gaya khat ini kepada Gazlan
sehingga disebut Khat Diwani Gazlani.
c. Khat Diwani Jali
Diwani Jali diciptakan
oleh Syahlan Pasha dari Turki dan merupakan pengembangan dari Diwani 'Adi. Jali
artinya Jelas. Kejelasan tersebut tampak pada detail syakal dan hiasan yang penuh
di dalamnya. Tujuan diciptakannya Diwani Jali ialah untuk menuliskan
peraturan-peraturan kesultanan dan surat-surat ke luar negeri.
2. Khat Tsuluts
Dinamakan khat tsuluts
karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran
sepertiga (tsuluts) goresan kalam. Ada pula yang menamakannya khat Arab
karena gaya ini merupakan sumber pokok aneka ragam kaligrafi Arab yang banyak
jumlahnya setelah khat Kufi. Untuk menulis dengan khat tsuluts, pelatuk kalam
dipotong dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai
untuk khat tsuluts 'adi dan tsuluts jali. Khat Tsuluts yang
banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena
kelenturannya, dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik dari
segi kaedah ataupun proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang.
Dalam rentang perjalanannya, khat Tsuluts berkembang menjadi beberapa gaya,
antara lain:
a. Khat Tumar
Khat yang diciptakan
oleh Qutbah al-Muharrir yang tumbuh dan berkembang di masa Bani Umayyah ini
biasa ditulis dalam ukuran besar dengan aturan-aturannya yang simpel. Khat ini
sangat cocok untuk dekorasi dinding atau media-media berukuran besar. Para
khattat Turki menamakannya Jali Tsuluts atau Tsuluts Besar. Tumar atau Tamur
jamaknya Tawamir bermakna sahifah (lembaran atau manuskrip). Khat Tumar artinya
khat yang ditulis di lembaran atau menuskrip.
b. Khat Muhaqqaq
Penciptanya adalah Ibnu
Bawab (413 H). Ibnu Bawab adalah kaligrafer masyhur setelah Ibnu Muqlah. Khat
ini hampir mirip dengan khat Tsuluts karena perbedaan keduanya sangat samar dan
hanya dapat diketahui oleh ahli khat yang cermat. Pada perkembangannya, khat
ini semakin redup dan jarang sekali digunakan, sehingga posisinya digeser oleh
Khat Tsuluts.
c. Khat Raihani
Pencipta khat ini adalah
Ibnu Bawab juga, namun berhubungan erat dengan Ali ibn al-Ubaydah al-Rayhan
(834 M), sehingga namanya diambil untuk nama khat ini. Pendapat lain
menjelaskan Rayhani dengan kata Rayhan yang berarti harum semerbak karena
keindahan dan popularitasnya.
d. Khat Tawqi'
Tawqi' artinya tanda
tangan, karena para khalifah dan perdana menteri senantiasa menggunakan Tawqi'
untuk menandatangani perbagai naskah mereka. Diciptakan oleh Yusuf al-Syajari
(825 M). Lalu berkembang di tangan Ahmad ibn Muhammad yang dikenal dengan Ibnu
Khazin (1124 M) sebagai murid generasi kedua Ibnu Bawab. Yang membedakan
Tsuluts dengan Tawqi' adalah ukuran Tawqi' yang selalu ditulis sangat kecil.
Bentuk yang menyerupai Tawqi' adalah Tugra' atau Turrah yang pada awalnya
berfungsi sebagai cap dan lambang sultan-sultan Usmani dengan ukuran yang
bervariasi.
e. Khat Riqa' atau Ruqa'
Riqa' jamaknya Ruq'ah
artinya lembaran daun kecil halus yang digunakan untuk menulis khat tersebut.
Gaya ini diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir yang diolahnya dari Khafif
Tsuluts. Sebagian sejarawan menamakan gaya ini dengan khat Tawqi', namun yang
lebih benar adalah bahwa Riqa' pun diolah pula dari Tawqi'. Ukuran Riqa' lebih
kecil dari Tawqi' dan digunakan khusus untuk menyalin teks-teks kecil dan
penyajian kisah.
f. Khat Tsulusain
Diciptakan oleh saudara
Yusuf al-Syajari bernama Ibrahim al-Syajari (200 H) di zaman Bani Abbas.
Ibrahim membuat kaedah Tsulusain dari khat yang sudah ada semenjak dahulu yaitu
khat Jalil. Tsulusain berarti dua pertiga, karena ditulis dengan kalam yang
ujung pelatuknya dipotong seukuran dua pertiga lebar goresan kalam, sedikit
lebih kecil dari khat Tumar yang ditulis sangat besar.
g. Khat Musalsal
Diciptakan oleh al-Ahwal
al-Muharrir dari keluarga Barmak di zaman Bani Abbas. Sebagian huruf-huruf khat
ini saling berhubungan, oleh karena itu beberapa sejarawan modern menamakannya
khat Mutarabit yang berarti saling ikat atau berikatan.
h. Khat Tsuluts 'Adi
Pencipta khat ini adalah
Ibrahim al-Syajari diawal abad ke-3 H di zaman Bani Abbas. Dalam beberapa kamus
bahasa Arab disebutkan, "anna al-sulusiyya min al-khuttut huwa al-galiz
al-huruf" (sepertiga dari khat adalah huruf yang sulit).
i. Khat Tsuluts Jali
Jali artinya wadih
(jelas). Kejelasan dalam hal ini terletak pada lebar anatomi hurufnya yang
lebih dominan daripada jaraknya, dibandingkan dengan jarak yang lebih dominan
daripada lebar anatomi hurufnya dalam Tsuluts 'Adi. Dengan demikian, dalam
Tsuluts Jali akan tampak dengan jelas komposisi huruf yang bertumpuk memadati
ruang media yang ditulis. Khat ini banyak digunakan untuk menulis judul-judul
dan media seni yang permanen.
j. Khat Tsuluts Mahbuk
Mahbuk artinya
terstruktur atau tersusun rapi, yang diukur menurut keindahan pembagian (husn
al-tawzi') dan aturan komposisi (ikham al-tartib). Keindahan
pembagian dicirikan dengan tidak adanya kelompok huruf yang bertumpujk di satu
tempat sementara tempat lain terlalu kosong sehingga mendorong khatta
memperbanyak dan mengisinya dengan syakal dan hiasan untuk mensari
keseimbangan. Sedangkan aturan komposisi adalah ketepatan memposisikan kata,
huruf dan titik di tempat-tempat yang strategis.
k. Khat Tsuluts
Muta'assir bil Rasm
Beberapa khattat atau
kaligrafer berusaha menggubah aksara Arab kepada bentuk visual yang bisa
berbicara biar lebih bervariasi sekaligus untuk menyeimbangkan antara ketaatan
terhadap ajaran agama dengan kesenangan menggambar, karena dalam Islam
visualisasi mahluk hidup secara jelas berlawanan dengan semangat dakwah agama
tersebut untuk selalu menjaga ketauhidan dan menjauhi kesyirikan. Potensi huruf
Arab yang sangat lentur dan mudah dibentuk mendorong para khattat menciptakan
gambar-gambar simbol yang mengungkap kalimat-kalimat suci dan tauhid, sehingga
kaligrafi diolah menjadi sarana menggambar yang terbebas dari visualisasi
mahluk hidup secara terang-terangan. Khat yang dipengaruhi gambar ini akhirnya
diterima dan populer di kalangan seniman muslim. Banyak ragam dan variasi
aliran khat ini, yang secara bebas mengambil pola figural atau simbolik gambar
manusia, binatang, tumbuhan dan benda-benda lainnya.
l. Khat Tsuluts Handasi
Gaya ini merupakan
Tsuluts yang menyusun huruf dan kata secara geometris (handasi) dan
indah berdasarkan rasa seni, sehingga menjadi dasar kekompakan, keserasian dan
penyatuan sebuah karya.
m. Khat Tsuluts
Mutanazhir
Mutanazhir artinya
saling memantul. Dinamakan pula khat Tsuluts Mir'at (cermin), dimana yang
berada disamping kanan memantul ke samping kirinya, sehingga seolah diantara
dua sisi tersebut ada cermin. Khat ini dinamakan juga dengan gaya Ma'kus
(memantul), musanna (AC-DC atau dua dimensi) d an 'Aynali (saling tatap). Gaya
ini tidak lepas dari pengaruh kebudayaan muslim yang saling berbalas kebaikan
dalam kehidupan sehari-hari seperti salam dan menjawabnya.
3. Khat Naskhi
Seni khat bukan hanya sekedar wacana
penyampai maklumat tetapi mengandungi nilai-nilai abstrak yang disimpulkan
dengan kehalusan, kelembutan, kesinambungan, perhubungan, pergerakan,
keharmonian dan sebagainya.
Dunia Khat Juga mengalami
pertumbuhan-pertumbuhan atau perkembangan, di antaranya adalah sebagai berikut
:
1.
Pertumbuhan Khat Dan Tulisan Arab Pada Zaman Jahiliyah
Terdapat pelbagai pendapat
antaranya:
Khat yang berbentuk tawqifi'.
Kelahiran khat ini ada kaitan dengan sumber ketuhanan. Aliran ini berpendapat
bahawa Nabi Adam a.s. adalah pengasas segala bentuk tulisan. Nabi Adam
mempelajari daripada Allah dan menulisnya ke dalam pelbagai buku. Setelah
banjir surut, setiap bangsa menerima buku masing-masing. Buku bertulisan
Arab menjadi milik Nabi Ismail a.s.
Seni khat terdiri daripada khat
al-Musnad juga dikenali sebagai khat Arab Utara atau Khat Humairi. Khat ini
telah tersebar di persekitaran al-Mundhir dan Syam (Syria). Ini berlaku semasa
rombongan perniagaan di antara orang Arab Yaman dan orang Arab yang bermukim di
Syria, dan Iraq di utara Semenanjung Tanah Arab. Melalui mereka, khat ini
dibawa secara langsung ke bumi Hijaz.
Berkembang hasil daripada khat Nibti
(Nabatea). Berdasarkan kepada pendapat G.J Klehr pada pertengahan pertama abad
ke-18 terdapat hubungan antara khat Arab dengan khat Nubti (172M). Menurut Th.
Noldeke khat Arab berkembang daripada khat Nubti (1865M). Berdasarkan kepada
kajian tentang hasil-hasil ukiran sebelum Islam dan pada abad pertama Hijrah,
menunjukkan khat Arab terbit daripada khat Nibti. Ukiran tertua yang dapat
dijadikan bukti peringkat-peringkat penyebaran dalam perkembangan khat Nibti
yang berlaku pada penghujung abad yang ke-3 dan abad ke-4 masihi telah dijumpai
di Umm al-Jamal (250M) dan Nammarah (328M). Kedua-dua ukiran ini, adalah dalam
bahasa dan tulisan Nibti.
2. Zaman Rasulullah Dan Sahabat
Islam telah datang membawa perubahan
yang besar terutama dalam bidang penulisan. Penulisan telah menjadi perantaraan
terpenting dalam penetapan pencatatan, pengajaran dan penghebahan sehingga ia
berkembang luas. Selepas hijrah nabi, seni khat telah menjadi manifestasi bagi
suatu perubahan yang agung mengatasi perkembangannya selama tiga abad selepas
itu
Penurunan surah al-Alaq ayat 1-5
kepada junjungan mulia Nabi Muhammad telah menjadi titik tolak kepada
penulisan. Penulisan telah menjadi penting apabila ia digunakan untuk menulis
ayat-ayat suci al-Quran dan terpelihara sehingga kini. Kemudian turun pula
ayat-ayat lain yang sering mengaitkan penulisan dengan sumber ketuhanan dan
memerintahkan penggunaannya sehinggalah tulisan mendapat kedudukannya dalam
kehidupan umat Islam sebagai salah satu keperluan asas.
Pada zaman Nabi Muhammad, baginda
memerintahkan para sahabat merakamkan semua maklumat dengan tulisan dan
mewasiatkan mereka memelihara tulisan tersebut. Baginda menggesa mereka
mengajar anak-anak mereka membaca dan menulis. Rasulullah s.a.w juga pernah
mengarahkan setiap tawanan perang Badar yang baik tulisan dan bacaannya supaya
mengajar anak-anak orang Islam seramai 10 orang sebagai bayaran penebusan diri
mereka.
Surat Rasulullah s.a.w. kepada
Al-Munzir bin Sawi, Raja Bahrin.
Pada zaman Khulafa’ al-Rasyidin
penulisan semakin bertambah dengan meluasnya penggunaan tulisan dalam
urusan-urusan agama, pentadbiran dan mu’amalat harian. Zaman pemerintahan
Khalifah Umar bin al-Khattab r.a. (13-23H / 634-644M), sekolah-sekolah
didirikan dan guru-guru dilantik.
Apabila para penghafaz al-Quran
semakin berkurangan disebabkan syahid di medan peperangan pada zaman
pemerintahan Khalifah Abu Bakar al-Siddiq, beliau telah mengarahkan Zaid bin
Thabit mengumpul dan menulis al-Quran.
Pada zaman Khalifah Uthman bin Affan
r.a. (23-53H / 644-656M) timbul kepelbagaian cara membaca al-Quran, maka beliau
mengambil lembaran-lembaran yang dicatat oleh Zaid bin Thabit dan diletakkan
dalam simpanan Hafsah binti Umar r.a. Khalifah Uthman bin Affan telah
mencatatkan sebuah mushaf yang dikenali sebagai Mushaf al-Imam. Beliau telah
mengarahkan Zaid bin Thabit, Abdul Rahman bin Amru al-Asr, Abdullah bin al-Zubir,
Ibn al-Abbas dan Abdul Rahman bin al-Harith bin Hisham supaya menyalin semula
naskhah untuk dihantar ke seluruh pelusuk negeri.
3.
Zaman Pemerintahan Bani Umaiyah
Pada zaman Bani Umaiyah, khat mula
berkembang maju. Bentuk tulisan pada ketika itu lebih lembut mempunyai nilai
estetika yang tinggi. Tanda titik dan baris mula diperkenalkan untuk memudahkan
orang-orang ajam (selain bangsa Arab) mengenali tulisan Arab. Ziad (Dato’
Bandar Basrah) merupakan penulis wahyu Rasullullah meminta Abu Aswad al-Du'ali
meletakkan tanda titik pada tahun 45 Hijrah, kemudian perletakan baris
disempurnakan oleh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi. Disamping itu penggunaan
kertas yang terkenal dengan nama ‘kertas Syami’ adalah salah satu langkah
positif dalam usaha meningkatkan penulisan seni khat.
Daya Usaha Khalifah Umaiyah
Khalifah Umaiyah telah berusaha
untuk menyatukan penulis khat dengan memberikan kedudukan istimewa kepada
mereka. Pemerintahan Umaiyah di Syam (Syria) merupakan pemerintah yang
mula-mula sekali menekankan penggunaan tulisan khat. Pemerintah Umaiyah telah
mengambil langkah mengembangkan seni khat semenjak mula lagi dengan menggunakan
ukiran di marmar dan lantai batu berbunga, ukiran huruf dan bunga-bunga di
masjid, umpamanya kubah Masjid Baitul Maqdis, Masjid Umawi di Damsyiq, Istana
Khiar dan Istana Jusaq. Manakala golongan yang kaya pula berusaha menghiasi
al-Quran dengan menjilidkannya serta menghiasi dinding-dinding istana dengan
tulisan-tulisan khat yang indah.
4.
Zaman Pemerintahan Abbasiyah
Terdapat dua tokoh yang terkenal
iaitu al-Dhahlaq bin Ajalan semasa pemerintahan Abu al-Abbas al-Saffah dan
khattat Ishaq bin Hammad pada masa pemerintahan khalifah al-Mansur dan
al-Mahdi. Pada zaman pemerintahan kedua-dua khalifah, terdapat sebelas jenis
khat, antaranya:
- Khat Al-Sijillat
- Khat Al-Jalil
- Khat Al-Dibaj
- Khat Al-Tumar
- Khat Al- Thuluthain
- Khat Zanbur (dari Thaqil
Thuluth)
- Khat Al-Mufattah
- Khat Al-Mudammirat
- Khat Al-Uhud (dari khat
Al-Haram)
- Khat Al-Qasas
- Khat Al-Khirfaj (dari khat
Dibaj)
Kemuncak Estetika Seni Khat
Keindahan seni khat telah sampai ke
kemuncaknya pada tahun 300 Hijrah di tangan ‘bapa’ khat Arab, iaitu Abu Ali
Muhammad bin Muqlah, merupakan seorang penulis, penyair, khattat (penulis khat)
dan seorang menteri di Baghdad (272-328H / 885-939M). Beliau mempelajari khat
daripada al-Ahwal al-Muharral dan merupakan orang yang mula-mula mencipta
kaedah menilai penulisan khat dengan menggunakan alif sebagai asas penentuan
bentuk huruf, maka terhasillah daripadanya khat yang indah dengan kaedah yang
mantap ini dan seterusnya berkembang di timur dan barat
5. Zaman Kerajaan
Fatimiyah
Pada tahun 259-566 Hijrah, pelbagai
usaha telah dijalankan untuk meningkatkan kehebatan seni khat melalui
pendekatan pengindahan pada istana-istana, singgahsana, peralatan rumah, hadiah
atau barang-barang antik mereka. Pusat seni khat di Mesir atau dikenali sebagai
Dewan Insya’ di ketuai oleh seorang penulis yang handal dan diberikan gelaran
sebagai ‘Dastus-Syarif’. Kerajaan Fatimiyah sentiasa memberikan perhatian
kepada seni khat terutamanya pada zaman Kerajaan al-Ayubi dan kerajaan Mamluki.
6. Zaman Pemerintahan
Kerajaan Turki
Antara langkah-langkah yang diambil
oleh kerajaan Turki untuk memperindah dan mengembangkan seni khat ialah :
Masyarakat memberikan penilaian yang
tinggi kepada seni khat, kerana penulis khat berperanan menulis al-Quran,
menyalin penulisan sastera dan syair dengan indah berilhamkan ayat-ayat
al-Quran dan Hadis.
Kerajaan Turki telah menggunakan
pelbagai jenis khat dalam pentadbiran kerajaan, urusan diraja dan ketenteraan.
Dalam kurun kesebelas hijrah umpamanya, terdapat lebih kurang 30 jenis tulisan.
Pemerintahan Kerajaan Turki amat
menyanjungi tokoh khat dan seni khat. Ini terbukti apabila penulis buku
Mira’tul-Haramain (Cermin Dua Tanah Haram) mengatakan: “Penulis khat sultan
mendapat gaji sebanyak 400 lera emas Uthmaniyah sebulan”.
Kerajaan Uthmaniyah menonjolkan seni
khat sebagai satu ciri publisiti untuk mengukuhkan dasar pemerintahan terhadap
rakyat. Di masjid agung Bursyah, Turki umpamanya terdapat slogan berbunyi
“Sultan adalah bayangan Allah s.w.t di muka bumi”, dengan ukuran empat meter
persegi. Demikian juga terdapat pelbagai slogan di dalam masjid yang lain di
Istanbul bertujuan sebagai publisiti kepada sultan. Antaranya ungkapan
“pemerintahan yang memberi ilham”, “doa sultan sumber keampunan”, dan lain-lain
lagi.
Gereja-gereja banyak dihiasi dengan
patung-patung dan gambar-gambar, lalu kerajaan Uthmaniyah menampilkan imej
Islam melalui pendekatan menghiasi masjid-masjid dengan tulisan khat. Tulisan
khat juga diabadikan untuk memperindah tembok-tembok istana, kolam mandi,
bangunan di perkuburan, air pancuran, peralatan, barang-barang kemas dan
pakaian.